Menu

Resume Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Part III



1.      Perhitungan PPN
Pajak pertambahan nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff dengan dasar pengenaan pajak yang meliputi harga jual, penggantian, nilai impor dan ekspor atau nilai lain. Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut :


PPN = Tarif PPN    X   Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
 
 


                                                                                                              

2.      Saat Terutang PPN
Terutangnya PPN terjadi pada saat-saat berikut :
1.      Penyerahan barang kena pajak
2.      Impor barang kena pajak
3.      Penyerahan jasa kena pajak
4.      Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
5.      Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean
6.      Ekspor barang kena pajak berwujud
7.      Ekspor barang kena pajak tidak berwujud
8.      Ekspor jasa kena pajak
9.      Kegiatan membangun sendiri saat terutangnya dimulai pada saat dibangunnya bangunan sampai dengan bangunan selesai.
3.      Tempat Terutang PPN
Berdasarkan pasal 12 Undang-undang PPN, tempat terutangnya PPN diatur sebagai berikut :
1.      Untuk penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean / penyerahan jasa kena pajak didalam daerah pabean/ekspor barang kena pajak berwujud/ekspor barang kena pajak tidak berwujud/ ekspor jasa kena pajak.
2.      Impor barang kena pajak
3.      Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
4.      Kegiatan membangun sendiri oleh PKP atau bukan PKP yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

4.      Saat Penyetoran dan Pelaporan PPN
Penyetoran pajak pertambahan nilai oleh pengusaha kena pajak harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai disampaikan.
Surat pemberitahuan masa pajak pertambahan niali dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

5.      Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
1.      Pajak Masukan
Adalah pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan perolehan jasa kena pajak dan pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan impor barang kena pajak.
2.      Pajak Keluaran
Adalah pajak pertambahan nilai terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak, ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud dan ekspor jasa kena pajak.
3.      PPN Kurang/Lebih Bayar
Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan,selisihnya merupakan pajak pertambahan nilai yang harus disetor oleh pengusaha kena pajak.
Kelebihan pajak masukan daalm suatu masa pajak dikompensasikan pada masa pajak berikutnya, anmun apabila kelebihan pajak masukan terjadi pada masa akhir tahun buku, kelebihan pajak masukan tersebut dapat diajukan permohonan pengembalian (restitusi). Kelebihan pembayaran pajak masukan dapat diajukan permohonan pengembalian pada setiap masa oleh pihak-pihak berikut :
1.      Pengusaha kena pajak yang melakukan ekspor barang kena pajak berwujud
2.      Pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak kepada pemungut pajak pertambahan nilai.
3.      Pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang pajak pertambahan nilainya tidak dipungut.
4.      Pengusaha kena pajak yang melakukan ekspor barang kena pajak yang tidak berwujud
5.      Pengusaha kena pajak yang melakukan ekspor jasa kena pajak
6.      Pengusaha kena pajak dalam tahap belum berproduksi
4.      PKP dengan Peredaran Bruto Jumlah Tertentu dan Kegiatan Usaha Tertentu
Besarnya pajak masukan yang dapat dikreditkan oleh pengusaha kena pajak yang peredaran usahanya dalam satu tahun tidak melebihi jumlah tertentu, kecuali pengusaha kena pajak yang melakukan suatu kegiatan usaha tertentu, dapat dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan.
Besarnya pajak masukan yang dapat dikreditkan oleh para pengusaha kena pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan menggunakan pedoman perhitungan pengkreditan pajak masukan.
5.      Pajak Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan
Pengkreditan pajak masukan tidak dapat diberlakukan kepada pengeluaran untuk :
1.      Perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
2.      Perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha
3.      Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan
4.      Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
5.      Perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan diatur atau tidak mencantumkan nama ,alamat, dan NPWP pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak
6.      Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau pemanfaaatan jasa kena pajak dari daerah luar pabean yang fakturnya tidak memenuhi ketentuan yang telah diatur
7.      Perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang pajak masukaanya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.
8.      Perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam surat pemberitahuan tentang masa pajak pertambahan nilai yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
9.      Perolehan barang kena pajak selain barang modal atau jasa kena pajak sebelum pengusaha kena pajak berproduksi.

6.      Tenggang Waktu Pengkreditan Pajak Masukan
Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan denga pajak keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya oaling lama tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
7.      Penggabungan , Pemekaran, Pemecahan, dan Pengambilalihan Usaha
Pajak masukan atas barang kena pajak yang diaihkan yang belum dikreditkan oleh pengusaha kena pajak yang mengalihkan dapat dikreditkan oleh pengusaha kena pajak yang menerima pengalihan, sepanjang faktur pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan pajak masukan tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau direkapitalisasi.


No comments:

Post a Comment

Author

authorHello, my name is Jack Sparrow. I'm a 50 year old self-employed Pirate from the Caribbean.
Learn More →



Labels